Minggu, 10 Maret 2013


Kedaulatan Bangsa Catalan di Lapangan Sepakbola.

Hari itu tanggal 23 Juni 1998. Piala Dunia sedang berlangsung di Prancis dan esok hari akan digelar pertandingan terakhir grup yang menentukan di babak penyisihan. Spanyol, yang berada di ujung tanduk akibat gagal menang di 2 pertandingan pertama, harus menang di partai terakhir melawan Bulgaria sambil berharap Nigeria mengalahkan Paraguay di pertandingan lainnya.

Pertandingan akan digelar di Stade Felix Bollaert di kota Lens dan di salah satu jendela hotel di kota tersebut tergantung Senyera, bendera strip merah-kuning Catalan. Orang akan menduga bahwa yang menggantung bendera tersebut adalah salah satu punggawa Timnas Spanyol yang bermain bagi Barcelona. Hanya saja yang menggantung bendera Catalan tersebut bukan pemain Spanyol, striker kenamaan Bulgaria yang  bermain bagi Barcelona, Hristo Stoichkov.

 

Pertandingan akan digelar di Stade Felix Bollaert di kota Lens dan di salah satu jendela hotel di kota tersebut tergantung Senyera, bendera strip merah-kuning Catalan. Orang akan menduga bahwa yang menggantung bendera tersebut adalah salah satu punggawa Timnas Spanyol yang bermain bagi Barcelona. Hanya saja yang menggantung bendera Catalan tersebut bukan pemain Spanyol, striker kenamaan Bulgaria yang  bermain bagi Barcelona, Hristo Stoichkov.

Stoichkov bukan orang Catalan, tapi ia satu dari banyak pemain yang bisa merasakan romantisme Catalan setelah ia bermain untuk Barcelona.   Ia tidak suka Real Madrid dan dalam interview pertamanya ketika tiba di Spanyol pada tahun 1990, ia mengatakan, “Real Madrid is finished. Real Madrid’s hegemony is over. Barcelona will be the best”.

Sebagai pribadi yang eksplosif, tak heran mengapa Stoichkov menjadi kesayangan suporter Barcelona. Pada pertandingan El Clasico pertamanya, pelatih Johan Cruyff diusir oleh wasit karena penghinaan. Stoichkov murka dan menginjak kaki wasit sebagai bentuk protes. Ia dilarang bermain 3 bulan.

Tapi saat Stoichkov di sanalah Barcelona mengalami masa keemasan di awal dekade 90-an. Ia 5 kali juara liga bersama Barcelona dan memenangi European Cup pertama bagi klub tersebut tahun 1992. Stoichkov memenangi Ballon d’Or tahun 1994, di tahun yang sama ia menjadi topskor Piala Dunia. Kebenciannya pada Real Madrid melegenda, sampai saat ini media masih sering meminta opininya saban kali El Clasico digelar. Tidak ada yang lebih dibenci Stoichkov daripada Manuel Sanchis, bek legendaris Real Madrid.

Stoichkov menjadikan Barcelona sebagai rumah keduanya karena ia merasa diterima di sana. Ia mengatakan spirit Catalan mirip dengan apa yang ia temukan di Bulgaria. Ia bahkan adalah salah satu advokat paling militan agar timnas Catalan diakui oleh FIFA.

Stoichkov bukan satu-satunya pemain asing yang bisa mengadaptasi romantisme Catalan bagi dirinya sendiri. Johan Cruyff, salah satu manajer tersukses Barcelona dalam sejarah dan peletak fondasi tiki-taka dalam urat nadi klub tersebut, sudah menjadi ikon Catalan sejak masih bermain. Ia bergabung dengan Barcelona tahun 1973, 2 tahun sebelum Franco mangkat, dan mengatakan kepada wartawan bahwa ia memilih Barcelona dibanding Madrid karena mustahil ia bergabung dengan klub yang diasosiasikan dengan Franco.

Dalam lambang klub FC Barcelona adalah St George Cross, yang juga bisa ditemukan dalam bendera Inggris. Bangsa Catalan menjadikan St George (Sant Jordi, dalam bahasa Catalan) sebagai patron suci bagi mereka. Dalam rezim Franco, penggunaan bahasa Catalan dilarang keras, begitu juga dengan penamaan nama anak. Terjemahan Spanyol bagi George adalah “Jorge”.


Johan Cruyff hampir menyebabkan huru-hara internasional saat ia menamakan anaknya, Jordi, yang kemudian sempat memperkuat Barcelona dan Manchester United sebentar sebelum tenggelam dalam mediokritas. Dari pemilihan nama anak saja terlihat bagaimana besarnya pengaruh Catalan dalam hidup Cruyff. Sesuatu yang membingungkan mendapati pada beberapa tahun terakhir para pejabat eselon 1 Barcelona kerap bersitegang dengannya.

Untuk merayakan kematian Franco, 2 minggu kemudian pada El Clasico, 700 bendera Catalan diselundupkan masuk ke stadion – penampakan pertama bendera Catalan di muka umum sejak era Franco - dan Barcelona menang 2-1.

Dua tahun kemudian Barcelona merayakan kepulangan dari Josep Tarradellas, aktivis Catalan yang hidup dalam pengasingan selama 40 tahun. Tarradellas adalah seorang Cule, fan Barcelona dan klub tersebut merayakan kepulangannya dengan menutupi lapangan Camp Nou dengan bendera Catalan. Tak lama kemudian, Tarradellas diangkat menjadi presiden Generalitat,  parlemen Catalan yang umurnya lebih tua dari parlemen Inggris.

Tidak semua orang nyaman dengan politisasi FC Barcelona, tapi memang politik tak bisa dipisahkan dari klub ini. Eidur Gudjohnsen yang orang Islandia dan 3 tahun bermain bagi Barcelona mengatakan bahwa dalam kontrak semua pemain ada klausul yang mewajibkan mereka belajar bahasa Catalan.

Ada 7 juta orang yang berbicara bahasa Catalan, lebih banyak dari populasi Selandia Baru dan Norwegia. Wilayahnya menyebar dari Prancis selatan hingga pulau Sardinia di Italia. Catalan adalah sebuah bangsa tanpa negara. Maka tidak mengherankan jika mereka merasa berdaulat di lapangan sepakbola. Cruyff, Stoichkov, dan mungkin sekarang, Lionel Messi, adalah warga kehormatan Catalan.

Ungkapan yang umum mengatakan bangsa Catalan belum mempunyai negara, tapi mereka mempunyai tentara, FC Barcelona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar